Di tahun 2006 ini, Mikrotik sukses meluncurkan Routerboard 112, board wireless
yang dikhususkan sebagai perangkat CPE, atau bisa juga digunakan untuk repeater
yang tidak memerlukan bandwidth yang berkapasitas besar. RB112 memang nyaman digunakan
untuk CPE, dan harga jualnya murah. Namun, beberapa pihak menyayangkan keterbatasan
jumlah interface yang dimiliki oleh board ini.
Menjawab keluhan terbatasnya jumlah interface, Mikrotik meluncurkan board tipe
100 yang dinamai Routerboard 153. Dengan harga yang masih terjangkau, RB153 hadir
dengan 5 buah interface ethernet, dan juga 3 buah interface minipci. Jumlah interface
yang lebih banyak dari pendahulunya RB112, membuat banyak aplikasi bisa dijalankan
dengan board ini, apalagi board ini juga dibundle dengan Mikrotik RouterOS yang
dikenal memiliki fitur seabreg itu.
Dengan berukuran 16 cm x 16 cm, board ini mampu menerima power input dengan range
yang cukup lebar, yaitu 12 - 48 Volt pada PoE, dan 11 - 50 Volt pada power injectornya.
Mikrotik Indonesia berkesempatan melakukan uji coba produk tepat setelah produk
ini dilaunch pada Mikrotik User Meeting di Singapura bulan September ini. Rilis
pertama produk ini di level reseller sendiri baru dilakukan minggu ketiga September
2006.
Seperti pendahulunya RB112, RB153 menggunakan processor MIPS32 4Kc, 175MHz embedded,
dengan storage NAND 64MB. RAM yang digunakan lebih besar, yaitu 32 MB.
Uji coba kemampuan board ini dilakukan dengan memasangkan dua buah kartu minipci
R52, yang dihubungkan dengan sebuah mesin VIA EPIA dengan RB14 dan dua buah R52.
Kedua perangkat diletakkan bersebelahan, dan diset untuk melakukan dual nstream.
Di kedua sisi, kami memasang sebuah PC Router yang juga menjalankan Mikrotik RouterOS,
dan menjalankan bandwidth test dengan berbagai setting. Dilakukan pengubahan pada
tipe protokol dan juga besarnya paket data yang dikirimkan.
Dari hasil test ini, ada beberapa catatan penting mengenai performa RB153 ini.
Pada penggunaan protokol TCP, baik menggunakan paket besar maupun kecil, board
ini mampu melewatkan 10 mbps up dan 10 mbps down, atau secara akumulatif 20 mbps
secara stabil. Jika tidak dilakukan batasan besaran bandwidth, jumlah total data
yang bisa dilewatkan adalah 22 hingga 24 mbps, atau secara akumulatif bisa dicapai
angka 2400 pps (packer per second).
Namun, dalam uji coba akumulatif 20 mbps, CPU load tercatat hampir selalu di
angka maksimal atau 100%. CPU load tercatat bisa stabil pada range 60 % - 80 %
dengan uji coba dengan akumulatif 10 mbps.
Pada penggunaan protokol UDP, performa yang sama bisa dicapai, jika paket data
berukuran besar. Namun, jika paket data yang dilewatkan berukuran kecil, jumlah
data yang bisa dilewatkan secara akumulatif adalah 2200 pps.
Melihat hasil performa di atas, bisa disimpulkan bahwa performa RB153 tidak jauh
berbeda dengan pendahulunya RB112. Kelebihan board ini hanya terletak pada jumlah
port ethernet dan minipci yang lebih banyak, dan juga RAM yang 16 MB lebih banyak
dari RB112.
Untuk kebutuhan sebagai repeater, atau micro BTS yang lebih dikonsentrasikan
menangani trafik TCP, RB153 ini cukup bisa diandalkan. Atau untuk kebutuhan internal
SOHO, jumlah ethernet yang banyak cukup menguntungkan, mengingat bisa menggantikan
kebutuhan switch bila jumlah PC yang ingin dihubungkan jumlahnya kurang dari 5
(1 port diasumsikan difungsikan sebagai akses internet).