Semakin maju kehidupan manusia seakan-akan kebutuhan internet semakin menjelma
menjadi kebutuhan pokok. Fasilitas online pun semakin menjamur dimasyarakat, banyak
orang ingin diperhatikan di dunia maya. Fasilitas untuk
memajang foto diri hingga live streaming aktivitas keseharian menjadi trend. Begitu
juga untuk akses informasi, dari media tulisan, media foto sampai dengan media
yang sedang digemari saat ini yaitu media video. Seolah-olah seberapapun besar
bandwidth yang dimiliki seperti tidak bisa membuat kita puas.
Apabila bandwidth yang Anda miliki tidak diatur bisa jadi antar pengguna saling
berebut dan kadang ada yang sampai tidak kebagian jatah bandwidth.
Jika itu terjadi di Kantor pada jam operasional, pekerjaan yang sifatnya membutuhkan
koneksi internet
akan terganggu dan akan memberikan efek yang
buruk untuk kinerja karyawan. Atau contoh lain jika itu terjadi di sebuah warnet,
wifi area
atau RT/RW net Anda, pasti akan timbul banyak komplain dari beberapa pelanggan
yang sedang menikmati layanan internet Anda.
Perlu adanya management penggunaan bandwidth di tempat Anda supaya tidak terjadi
hal yang tidak di inginkan seperti yang
sudah disebutkan diatas. Solusinya bisa menggunakan router Mikrotik yang sudah
sangat populer untuk melakukan tugas sebagai pengatur bandwidth.
Banyak Fungsi yang bisa digunakan di Mikrotik Seperti HTB, Queue type, Burst,
dll.
Management Bandwidth merupakan implementasi dari proses mengantrikan data, sehingga
fungsi management bandwidth di Mikrotik disebut dengan istilah Queue. Ada dua
metode Queue pada Mikrotik yaitu Simple Queue dan Queue Tree. Kedua metode tersebut
memanfaatkan Memory/RAM di router sebagai buffer penampungan antrian paket data.
Jika antrian paket data sudah
memenuhi penampungan maka paket data yang tidak tertampung akan di Drop. Jika
protocolnya TCP, paket yang di drop akan dikirim ulang oleh server.
Simple Queue
Merupakan metode bandwidth management termudah yang ada di Mikrotik. Menu dan
konfigurasi
yang dilakukan untuk menerapkan simple queue cukup sederhana dan mudah dipahami.
Walaupun namanya simple queue sebenarnya parameter yang ada pada simple queue
sangat banyak, bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin diterapkan pada jaringan.
Parameter dasar dari simple queue adalah Target dan Max-limit. Target dapat berupa
IP address, network address, dan bisa juga interface yang akan diatur bandwidthnya.
Max-limit Upload / Download digunakan untuk memberikan batas maksimal bandwidth
untuk si target.
Simple Queue mampu melimit Upload, download secara terpisah atau Total(Upload+download)
sekaligus
dalam satu rule menggunakan tab Total.
Setiap rule pada Simple Queue dapat berdiri sendiri ataupun dapat juga disusun
dalam sebuah hierarki dengan mengarahkan Parent ke rule lain. Parameter-parameter
lain juga bisa dimanfaatkan untuk membuat rule semakin spesifik seperti Dst, Priority,
Packete Mark dan sebagainya. Salah satu contoh
bisa di lihat di artikel Manajemen Bandwidth Menggunakan Simple Queue
Queue Tree
Merupakan fitur bandwidth management di Mikrotik yang sangat fleksibel dan cukup kompleks. Pendefinisian target yang akan dilimit pada Queue Tree tidak dilakukan langsung saat penambahan rule Queue namun dilakukan dengan melakukan marking paket data menggunakan Firewall Mangle.
Inilah yang menjadikan penerapan Queue Tree menjadi lebih kompleks.
Langkah ini menjadi tantangan tersendiri, sebab jika salah pembuatan Mangle bisa
berakibat
Queue Tree tidak berjalan.
Namun disisi lain penggunaan Mangle Packet-Mark ini juga menguntungkan, sebab
akan lebih fleksible dalam menentukan traffic apa yang akan dilimit, bisa berdasar
IP Address, Protocol, Port dan sebagainya. Setiap service pada jaringan dapat
diberikan kecepatan yang berbeda. Sebagai contoh, bisa dilihat pada artikel penerapan Queue Tree untuk memberikan limit kecepatan yang berbeda antara traffic game online dan
browsing.
Mana lebih baik, Simple Queue atau Queue Tree ?
Baik Simple Queue maupun Queue Tree memiliki keunggulannya masing-masing. Simple
Queue, seperti namanya, cukup mudah dalam melakukan konfigurasi. Jika kebutuhannya
untuk melakukan limitasi berdasarkan target IP Address atau interface, maka Simple
Queue merupakan pilihan yang tepat. Sehingga kita tidak disibukkan dengan pengaturan
mangle.
Sedangkan Queue Tree, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya harus menggunakan
Mangle, harus sangat cermat dalam pembuatannya. Namun jika kebutuhan Queue lebih
detail berdasarkan service, protocol, port, dsb maka Queue Tree adalah jawabannya.
Simple Queue juga memiliki parameter mark-packet, namun dari sisi management akan
lebih mudah jika mark-packet diterapkan pada Queue Tree.
Dari segi penggunaan resource, baik Simple maupun Queue Tree sama-sama menggunakan resource RAM. Namun pada Queue Tree karena menggunakan kombinasi dengan Mangle maka resource CPU juga akan digunakan.
Bagaimana jika keduanya digunakan?
Sedangkan pada RouterOS versi 6.x, letak Simple Queue dan Queue Tree terjadi
perubahan dan antara Simple Queue dan Queue Tree berdiri sendiri, bisa dilihat
pada gambar di bawah.
Berdasarkan Packet-Flow di atas, kita bisa melihat secara proses Queue Tree terbaca terlebih dahulu. Namun proses ini tidak berhenti dan tetap akan dilanjutkan ke proses berikutnya yakni Simple Queue. Sehingga jika terdapat sebuah paket data yang sama, kemudian dibuat Simple Queue dan Queue Tree secara bersamaan, maka hasil akhirnya kecepatan Client akan mengikuti limit yang terkecil.
Sebagai contoh, Simple Queue mendefinisikan Max Limit Upload/Download=1M/1M sedangkan
Queue Tree menentukan upload/download=512k/512k . Maka hasil akhirnya client akan
mendapat kecepatan sebesar 512k, sesuai limitasi terkecil.
Dari pembahasan diatas maka akan lebih mudah jika kita implementasikan salah
satu Queue saja. Selain mudah dalam konfigurasi, maintenance dan monitoring nya
juga
akan lebih mudah.
Kembali ke :
Halaman Artikel | Kategori Tips & Trik